Search
Close this search box.

Jualan Tanpa Perantara atau Direct Selling

Cara direct selling

Bagikan

Jualan Tanpa Perantara – Dalam dunia bisnis, Garapers sering mendengar istilah B2B (business-to-business) atau B2C (business-to-consumer).

Namun pernahkah Garapers mendengar istilah D2C (Direct to Customer)? Saat memulai bisnis, mungkin ada kebingungan tentang di mana harus menjual produk dan layanan Anda dan memerlukan direct selling.

Jangan khawatir, Anda bisa berjualan tanpa bantuan dealer atau tengkulak. Di sinilah Anda menggunakan model bisnis D2C atau direct selling.

Bagaimana jika seluruh inventaris produk Anda bergantung pada penjualan ritel?

Tentu saja bisnis Anda terpengaruh juga, tetapi tidak jika Anda menggunakan model bisnis D2C atau direct selling. Gunakan model ini untuk mengelola inventaris Anda.

Memastikan penjualan produk tidak terpengaruh oleh kondisi bisnis distributor atau perantara lainnya. Masih bingung dengan konsep model bisnis D2C? mari kita lihat bersama.

Apa yang dimaksud model bisnis D2C?

D2C adalah model bisnis untuk melakukan penjualan tanpa perantara atau yang disebut dengan direct selling. Dari proses produksi, pengemasan, hingga pengiriman produk tanpa ada campur tangan pihak ketiga.

Maksud direct selling disini misalnya reseller, drop shipper, hingga retail seperti minimarket atau grosiran. Tanpa adanya perantara, kamu dapat memasarkan produk atau jasa yang kamu tawarkan melalui channel yang kamu inginkan.

Mulai dari website, blog, media sosial, atau mungkin toko fisik. Kondisi pandemi yang tengah terjadi saat ini, model bisnis ini sangat cocok untuk kamu pakai. Misalnya dengan menjual strap mask.

Kamu bisa membuat strap mask sendiri, membeli bahan baku sendiri, dan mulai menawarkan kepada teman terdekat terlebih dahulu atau menjualnya di akun Instagram kamu.

Baca Juga: Apa itu Website? Definisi, Jenis, Dan Manfaatnya  

Apakah Kelebihan Bisnis D2C?

Membantu keuntungan bisnis, dengan menjual produk sendiri, kamu bebas menentukan harga produk di pasaran. Berbeda jika kamu dibantu perantara, tentu harga produk kamu di pasaran akan naik, karena kamu kamu harus berbagi keuntungan dengan perantara tersebut.

Kemudian membantu mengidentifikasi konsumen, karena dengan melalui model bisnis D2C memungkinkan kamu untuk terhubung langsung dengan konsumen, mengumpulkan data mereka pun jadi lebih mudah, dikarenakan tanpa perantara.

Bisa dengan bebas menentukan cara penawaran produk, Jika kamu menjual produk di platform sendiri, kamu bebas menentukan cara menawarkan produk.

Membangun relasi yang dekat dengan para konsumen, Model bisnis D2C in juga memungkinkan kamu untuk berkomunikasi dan menjalin hubungan yang lebih lebih dekat dengan para konsumen.

Secara lebih rinci kita coba membahas lebih detail di poin-poin berikut ini:

  • Mendapat Lebih Banyak Keuntungan

Dengan melakukan penjualan produk sendiri, maka tentu saja akan lebih leluasa dalam menentukan harga produk di pasar.

Tapi jika dibantu perantara, maka tentu saja produk Garapers akan naik di pasaran. Karena mereka harus meningkatkan harga demi mendapatkan keuntungan.

Contoh sederhananya, jika Garapers menjual produk dengan harga 20 ribu, lalu jual langsung ke pasar dengan harga 30 ribu. Artinya, Garapers akan mendapatkan keuntungan sebanyak 10 ribu/produknya.

Selanjutnya, Garapers ingin memanfaatkan jasa reseller, contohnya jika keuntungan yang akan diambil oleh reseller adalah sebanyak Rp 5 ribu per produk.

Berarti produk Garapers di pasaran bisa meningkat menjadi 35 ribu. Lebih mahal 5 ribu dari harga biasanya. Harga yang lebih mahal ini akan mempengaruhi minat konsumen.

Oleh karena itu, Garapers harus mengurangi margin keuntungan guna menurunkan harganya. Nah, masalah tersebut tidak akan Garapers rasakan saat menjalankan model bisnis D2C.

Karena Garapers bisa menjual produk sendiri dengan harga yang tentunya lebih murah, serta keuntungan yang lebih banyak.

  • Mengidentifikasi Data Konsumen

Dengan menggunakan jasa perantara, maka Anda akan lebih sulit dalam mendapatkan data tentang konsumen secara langsung. Karena perantara itulah yang justru lebih mengetahui seluruh informasi terkait konsumen Anda sendiri.

Nah, model bisnis D2C ini akan lebih memungkinkan bisnis Anda untuk bisa terhubung langsung dengan para konsumen Anda, dan proses pengumpulan data mereka pun nantinya justru akan lebih mudah.

Terdapat dua jenis data yang nantinya bisa Anda identifikasi, seperti:

  • Karakteristik konsumen – data ini berisi demografis, seperti umur, gender, lokasi domisili, dan lain-lain. serta psikografis konsumen seperti preferensi, gaya hidup, dan lain-lain.
  • Perilaku konsumen – data ini akan menjelaskan berbagai hal yang erat kaitannya dengan kebiasaan konsumen yang mengarah langsung pada pembelian, seperti menggunakan fitur heatmap guna mengetahui titik mana saja pada website Anda yang paling potensial untuk diklik para konsumen.

Platform yang Anda gunakan akan mempengaruhi karakteristik konsumen Anda. Jika Anda menggunakan website, maka Anda bisa mengambil data tersebut dari Google Analytic, atau jika Anda menggunakan akun media sosial, maka Anda bisa mendapatkan datanya dari Facebook Analytic atau Instagram Insight.

Untuk bisa mengidentifikasi perilaku konsumen Anda, fitur AI Heatmap dari Zyro bisa Anda coba gunakan. Di dalamnya, Anda bisa mendapatkan hasil peta heatmap pada halaman website Anda berdasarkan analisa perilaku konsumen.

Jadi, Anda hanya tinggal menyesuaikan saja tampilan website Anda dengan hasilnya. Hal ini tentunya sangat penting, karena Anda pastinya tidak bisa mengidentifikasi data dan melakukan penyesuaian pada website atau platform perantara Anda.

  • Bebas Menentukan Cara Penawaran Produk

Melakukan penjualan dengan online marketplace atau dengan website perantara tentunya akan membatasi kreativitas Anda dalam hal melakukan penawaran, karena Anda harus menuruti seluruh aturan yang terdapat di platform ataupun website tersebut, khususnya dalam hal input produk.

Sebaliknya, jika Anda menjual produk Anda di platform Anda sendiri, maka Anda akan lebih leluasa dalam menentukan cara menawarkan produk.

  • Lebih Dekat dengan Konsumen

Kedekatan dengan konsumen tentunya akan lebih memudahkan Anda dalam membangun hubungan dengan mereka.

Contohnya, Anda dapat melakukan interaksi langsung dengan calon konsumen di website atau akun media sosial bisnis Anda.

Selain itu, Anda juga bisa lebih bebas dalam menampilkan style brand Anda sendiri. Akan beda ceritanya jika Anda melakukan penjualan dengan memanfaatkan perantara.

Ketika melakukan pembelian dari reseller ataupun drop shipper, maka konsumen hanya akan melihat produk Anda, bukanlah brand Anda.

Pada model bisnis D2C, Anda bisa lebih berkomunikasi serta lebih mampu menjalin hubungan jangka panjang dengan para konsumen Anda. Selain itu, Anda bisa lebih bebas dalam menentukan gaya promosi Anda.

Apa Saja Kekurangannya?

Model bisnis D2C juga memiliki kekurangan yang juga bisa menjadi pertimbangan kamu sebelum menggunakannya.

Mengatur supply chain sendiri, Supply chain (alur pasokan) adalah proses perjalanan produk mulai dari proses produksi, pengemasan, hingga pengiriman tanpa bantuan perantara (pihak ketiga).

Membutuhkan waktu yang lama, Kamu juga membutuhkan waktu yang lama untuk mengatur seluruh alur pasokan. Kamu juga harus meluangkan waktu untuk belajar, melakukan percobaan, hingga mengimplementasikan alur pasokan bisnis kamu.

Langsung berhadapan dengan konsumen. Secara lebih rinci kita coba membahas lebih detail di poin-poin berikut ini:

  • Mengatur Alur Pasokan Sendiri

Alur pasokan atau supply chain merupakan salah satu proses perjalanan produk, seperti produksi, pengemasan, sampai hal pengiriman.

Tanpa bantuan perantara, maka Anda harus bisa melakukan hal itu sendiri. Karena itu, kemungkinan Anda akan kerepotan saat awal pelaksanaannya, karena Anda tidak akan fokus lagi dalam hal produksi dan penjualannya saja, namun dari proses distribusinya juga.

Akan berbeda ceritanya jika Anda melakukan penyimpanan produk di marketplace online, Anda hanya perlu memasukan produk sesuai dengan instruksinya dan sudah selesai begitu saja.

  • Perlu Persiapan Panjang

Selain poin pertama tadi, Anda juga harus melakukan persiapan yang panjang dalam mengatur seluruh alur pasokan produk.

Artinya, Anda harus bisa meluangkan waktu untuk bisa belajar, mencoba, dan menerapkan alur pasokan produk Anda sendiri.

Seluruh proses tersebut tentunya bisa Anda lewati begitu saja jika menggunakan bantuan perantara, karena mereka akan melakukan pekerjaan itu.

Sehingga, model bisnis D2C adalah pilihan yang sangat menantang saat Anda baru memulai bisnis.

  • Menghadapi Konsumen Secara Langsung

Poin ini bisa dijadikan keunggulan sekaligus tantangan tersendiri dalam menjalankan model bisnis D2C. Karena Anda harus berhubungan lansung dengan konsumen, maka Anda harus mampu menghadapi mereka.

Terutama jika mereka mengajukan keluhan atau komplain Di sini, Anda memerlukan peran customer service, yang mana Anda harus mempunyai rasa empati besar dengan konsumen dan mampu menyediakan solusi tepat dengan cara yang sangat ramah.

Selain itu, Anda juga harus menangani berbagai masalah yang beragam, seperti masalah produk, pengiriman, hingga pengemasan produk itu sendiri.

Namun disisi lain, perantara bisa dimanfaatkan sebagai penghubung jika ada konsumen yang melakukan komplain pada produk Anda.

Nah, setelah mengetahui berbagai kelebihan dan kekurangan model bisnis D2C, apakah kamu tertarik untuk menggunakannya? Sebelum memutuskan, pastikan kamu sudah memiliki perencanaan yang matang dan sumber daya yang sesuai dengan kebutuhan bisnis kamu.

For your informastion nih Garapers, Garap digital sedang meluncurkan pembuatan website dengan harga sangat terjangkau untuk para pelaku UMKM.

Informasi lengkapnya Garapers dapat menghubungi kami di kontak berikut ini:

Email:garapdigitalofficial@gmail.com WhatsApp:0831-9132-6047

Tinggalkan Balasan